Jumat, 29 April 2016

Buku ( Kumpulan Bualan Kata )

1. Kabar Gembira

Tuhan, ada kabar gembira!
ternyata, hatiku masih hidup!

(DW, 31 Oktober 2015)

2. Luruh

luruh
tumpah duka itu
digoyah gemuruh
angin tak bersisa
hati patah itu
tak lagi terasa
jauh
jauh sudah
bayangmu bertauh

(DW, 01 November 2015)

3. Perahu Layar

layar perahu berlayar
buih ombak berbuih
sepoi angin sepoi
bahagia aku bahagia
perahuku akhirnya berlabuh
di pelabuhan bernama kamu

(DW, 01 November 2015)

4. Malam

malam terang muram
lampu-lampu kota
bersinar temaram
malam begitu gigil
juga kelam
malam itu, kau menyeduh
rindu, dua
mari kita tumpahkan
berdua…

(DW, 01 November 2015)

5. Kopi Susu

dag-dig-dug
jantung itu berdegup
lebih cepat
tiga kali lipat
menghentak!
kusesap lagi manis pahit itu
sekali, dua kali
debar itu semakin membuncah
pelan…pelan
secangkir manis-pahit itu
membunuhku

(DW, 04 November 2015)

6. Tepuk Tangan!

rinduku sorak-sorai
ramai sendiri
bagaikan celoteh bocah kecil di sore hari
walau tanpa kawan
rinduku,
sedang bertepuk tangan
sendirian

(DW, 08 November 2015)

7. Aku, atau Kau?

bunga-bunga bernama masa lalu
tlah mati ditelan hari
musnah dimakan sejarah
layu disirami kenangan yang kian samar
lalu,
siapa yang berani gagas sejarah baru?
sejarah yang kan nanti tertulis abadi
aku, atau kau?

(DW, 09 November 2015)

8. Punggung

kupandangi punggungmu dari jauh
kumenahan gejolak ingin merengkuh
sebab aku tahu, cinta yang kini jatuh
belum sepenuhnya utuh
atau mungkin, entah

(DW, 02 Desember 2015)

9. Perjalanan

tak ada lagi yang bisa kupuisikan
sesak ini biarlah sendirian
lupakanlah aku kemudian
tak ada yang harus kau ingat, kecuali perjalanan

(DW, 02 Desember 2015)

10. HATI

kadang, aku tak mengerti
bagaimana cara kerja hati
mengapa terlalu cepat berganti isi
atau cepat sekali mati
entah, mana yang lebih baik,
atau yang lebih sedih
yang cepat berganti isi
atau yang sudah mati (?)

(DW, 03 Desember 2015)

Catatan tangan (bukan catatan kaki) : kumpulan puisi di atas adalah kumpulan puisi yang pernah saya catat di sebuah buku kosong (iya, buku kosong. kalo ada isinya susah kan nulisnya di mana.) di mana buku catatan itu sebenarnya kebanyakan isinya curhat, sih (ya blog lo juga isinya curhat semua!) …
oke skip!
bagi saya, menulis catatan itu berarti menulis sebuah perjalanan. dari tanggal-ke-tanggal. dari waktu-ke-waktu. dari hati-ke-hati. dan perjalanan saya dimulai ketika saya mencatat. terkadang, waktu bisa meniadakan sesuatu, seperti memori, misalnya. itu dia alasannya, mengapa saya harus mencatat, mengapa saya harus menulis.

sebab, saya tidak ingin waktu meniadakan memori.
saya tidak ingin waktu meniadakan….

kita.

aaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkk *lari-lari keliling komplek*
*baper sendiri* *abaikan*

Jakarta, 25 April

Hubungan Gelap Antara Ibu Pertiwi Dan Nepotisme

bibir ibu pertiwi merah delima
sebab gincu yang dibelinya
di tanah abang mangga dua
dia janda muda beranak jutaan jiwa

tubuhnya masih molek
meski digerogoti keserakahan
wajahnya masih nampak ayu
meski ditumbuhi malu sebab anak-anaknya banyak tak punya malu

lalu nepotisme adalah pria yang gagah
seperti kapiten
yang punya pedang panjang
sayang, gemar curang dan punya jiwa pecundang

keelokan ibu pertiwi
membuatnya berahi
tidak ketolong, tidak bisa dicegah siapa-siapa
keunggulannya, ia pandai merayu

sepulang dari pasar,
membeli pangan buat anak-anaknya
pakai anggaran negara
nepotisme merayunya

bualannya semanis
biang gula-gula yang dijual di kantin sekolah
ibu pertiwi tersipu malu,
pipinya merona merah mirip tomat dalam keranjang belanjanya

aih, duhai
cumbu rayu itu memikat ibu pertiwi
janda beranak ratusan jiwa
anak konglomerat, terhormat, bersanding dengan berandal tengik

aduhai malapetaka
cumbu rayu itu sampai kasur ibu pertiwi
bercintanya sejoli itu gelap-gelapan
seperti sepasang pengantin suami-istri

aduhai malapetaka
ibu pertiwi kemudian hari mengandung
jiwa-jiwa yang baru dari buah nepotisme
yang mendarah daging

hingga kini….

hingga habis suatu hari nanti…

—END

Depok, 30 september

Rabu, 27 April 2016

Dayung Rindu

Senja luruh di matamu yang hilang
Sepasang burung camar tenggelam
Dalam belantara laut, rinduku menjelma ikan-ikan
Cahaya mencuri ragamu, tapi kau membawa serta lukaku
Yang kau lumat dengan percakapan dan hening yang panjang
Sedih-sedih itu serupa nelayan yang lupa pulang demi makan
Mendayung-dayung menuju tepi yang sepi
Bertanya dan berkaca pada dinding laut; Adakah bahagia itu, Tuhan ?
Ikan-ikan itu mati dicium udara
Menggelepar ia diatas perahu yang oleng kekanan dan kekiri

Rinduku sesak napas
Dan kau masih luruh
Bersama senja dicuri cahaya

Depok, 06 September

Barangkali aku.....

Ada yang hilang dalam aku
telah aku cari disetiap sisi itu
tetapi, tiada yang kutemukan selain Aku..
Aku yang kehilang Aku yang lain
hanya ada Aku.. Aku yang tanpa Aku..
kehilangan tak pernah sehampa ini.
langit dan jendela sama-sama buram
mendung dan buram sama-sama ada dalam Aku.
barangkali kesedihan telah membunuh anak kecil dalam Aku.
tetapi kesedihan tidak pernah sejahat itu.
Ada yang hilang dalam Aku
dan Aku tak pernah menemukan aku yang lain itu.
siapa yang melenyapkan Aku?
siapakah itu Aku?
kecuali dalam puisi, Aku tidak pernah kehilangan aku.
Barangkali Aku....

-Wid
Jakarta, 19 Februari 2016