Sabtu, 17 September 2016

Ini Apa?

Saya bingung harus dari mana puisi ini bermula.
Ini puisi? Oh ya, tentu saja.
Puisi yang tadinya ingin mengajak perasaanku turut serta.
Namun nampaknya, ia kelelahan sendiri telah menunggu berhari-hari.

Apa yang ditunggu? Saya juga entah tidak tahu.
Setidak tahu, apakah ini sebuah puisi? Tidak tahu. Mungkin. Ya, tentu saja.

Semrawut, Jon! Kepalaku semrawut!
Riuh bergemuruh ramai celoteh-celoteh suaramu yang kuhapal.
Serapal do’a yang kau bisikkan ke langit; tentang jadikanlah dia putri hujan supaya turun membasuh tubuhmu.
Kau ingat dia? Iya, dia. Bukan saya, yang jelas.

Ini puisi macam apa? Kata saya, saya bingung. Ini puisi? Ya tentu saja.

Hanya saja apa puisi semenyebalkan ini? Setidakjelas ini?
Ya, kadang-kadang begitu. Biasakanlah.

Penyair kadang tak selalu romantis
Penyair kadang tak selalu sendu biru sebiru kertas warna bocah-bocah TK yang dijadikannya ontang-anting.
Penyair juga terkadang tak semerah muda bulan februari.
Penyair kadang memiliki fantasi gilanya; menulis apa saja yang dirasa pantas.

Abstrak. Tidak jelas. Penuh sampah. Coret sana. Coret sini. Buang.

Ya, penyair kadang seperti itu.

Kau bertanya mengapa? Entah, aku bukan seorang penyair. Bukan juga pujangga.

Aku hanya perempuan yang lagi tak waras isi kepalanya. Bagaimana bisa dikatakan waras, apabila kepalaku saja tertawa sendiri, gaduh sendiri, menangis sendiri? Kau, iya kau. Sedang apa di dalam sana? Hei! Kembali! Kembali! HEI!

Siapa kau?
Siapa? Hah? Aku tidak mengenalmu?
Apa kita dua orang asing? AH…

Bukan?

Lalu kau siapa?
Hah?

Ini puisi?
Bukan. Bukan, tentu saja.

Depok, 17 September 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar