Sabtu, 02 Juli 2016

Menonton Puisi Berbicara

lampu berkelipan di matamu,
ia bercakap-cakap dengan kesepianmu
yang tak pernah terlihat siapa pun kecuali aku
dan kau tak pernah mengakui, duka seperti apa yang tinggal dalam dadamu.

bibirmu berceloteh seakan-akan ingkar pada kesedihanmu
kakimu menjejak tegas pada tubuh panggung yang kau injak-injak
sandiwara dan topeng tidak pernah lepas dari tubuh dan wajahmu
tapi di sana bukan berupa dusta. kau hanya mengingkari dirimu sendiri.

cermin itu retak ketika kau berkaca.
ia marah, tak lagi mengenali wajahmu yang kini asing.
tapi kau bisa berkaca di mataku,
satu-satunya tempat kau bisa menjelma siapa saja.

kau masih berbicara ketika tubuhku sudah hampir tenggelam
dalam buai suaramu yang laut. suara yang tak pernah terekam dalam ponsel atau kenangan.
kau masih di sana, di atas panggung sambil menggenggam pesonamu
ketika aku duduk di kursi penonton. mencari-cari yang hilang di matamu;

aku.

kesedihan dan kesepian itu.

yang kauingkari. berkali-kali.

Jakarta, 20 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar