langit malam legam bersama doa-doa
tanganmu menengadah ke langit, meminta pada Nya
kau percaya, Dia mendengar, Dia mengabulkan.
doamu seperti puisi yang gemetar di langit-langit
di atas sajadah, kau menemukan namanya
lindap di antara puisi-puisi yang kaurangkai itu
jauh dari pelupuk matamu,
ada yang diam-diam tersenyum; Dia, si Maha Puitis
air mata jatuh seolah mengaminkan harapanmu
turut sukacita mengingatmu mengingat-Nya.
dalam dadamu, diam-diam duka berangkat melangkahkan kaki
setelah kau lipat sajadah dan kesedihan itu
kau merasa udara segar memenuhi rongga paru-paru
dan kepalamu berubah lengang oleh suara-suara,
dan dadamu seperti jalan raya di pukul tiga;
angin bebas meriap di segala penjuru; melepas senyap, kemudian damai.
hawa sejuk menghampiri sisimu
puisi-puisi tertidur dalam kepalamu,
dan matamu kan terpejam seiring semilir cumbu udara.
legam sudah segalanya, lengang sudah, tentram jiwa.
lalu rindu-rindu akan menunggu di bawah bantalmu,
sementara mimpi telah siap jatuh di ruang imajimu.
tunggu aku.
tunggu aku.
Jakarta, 2 Mei
Tidak ada komentar:
Posting Komentar