Senin, 02 Mei 2016

KOSONG

Kosong di kepala saya meluas
Menjadi semesta yang lengang oleh kata-kata
Biasanya, lalu lalang. Biasanya, ramai.
Untuk kali ini, tiada lagi yang harus berbaris

Entah. Semesta saya tak lagi ada puisi
Menguap entah ke mana selepas senja kemarin
Merupa sayup-sayup kumandang suara adzan maghrib
Sebentar, pelan, lalu tenggelam digantikan musik-musik galau

Entah. Inginnya saya selalu memuisikan rindu kepadamu
Rindu yan entah ke mana selepas senja kemarin
Senja yang merekah samar di balik punggungmu yang pergi
Tak semerekah hadirmu sebelum senja kemarin

Entah. Kepala saya kini merupa gendang tak dapat lagi ditabuh
Sebab tak akan ada suara ketika dipukulnya
Kosong. Sepi. Senyap.
Gelap-gelap merayapinya serupa lampu yang dipadamkan

Kosong. Sepi. Senyap.
Kepergianmu barangkali api yang membakar habis jerami demi sebuah jarum
Kata-kataku ialah jerami yang kaubakar
Dan jarum itu, ialah perempuan bernapas api yang kaucintai

Jakarta, 4 April

Tidak ada komentar:

Posting Komentar